Story of Adam

Posting Komentar
 

[Catatan dari Kajian Oleh Ustadz Nouman Ali Khan]

Bagaimana kisah Nabi Adam a.s. yang melekat di ingatanmu?

Secara umum, barangkali kita memiliki persepsi yang sama tentang bagaimana kisah Nabi Adam a.s. berlangsung mulai dari awal mula penciptaan hingga diturunkan ke bumi sebab memakan buah yang dilarang.

Namun, jika kita menyimak kajian Ustadz Nouman yang satu ini kita benar benar akan dihadapkan pada perspektif yang baru nan berbeda. Ini menjadi menarik dan penting sebab Ustadz Nouman mengulas kisah nabi pertama ini berdasar yang diceritakan dalam Al-Quran utamanya dalam surah Al-A’raf.

Nah, berikut aku rangkum beberapa poin dari kajian yang menarik ini.

...

Mengapa penting untuk menengok kembali dan memahami kisah nabi Adam a.s.?

1.      The first human lesson in history

Pengetahuan dan pemahaman atas masa lalu membantu membentuk sense of identity. Ustadz Nouman mengambil analogi misal seseorang terbangun tanpa memiliki ingatan apapun tentang siapa dirinya, dimana ia tinggal, siapa keluarganya, tidak tahu sedikitpun tentang masa lalunya maka ia sama saja tidak mengetahui identitas dirinya.

2.      To have the correct story about Adam

Tentu kita pernah mendengar beberapa versi tentang kisah Nabi Adam a.s. salah satu versinya menceritakan bahwa Adam dan Hawa dibujuk oleh ular untuk memakan buah khuldi. Nah, disini Ustadz Nouman membantu kita untuk memperoleh kisah yang benar tentang Nabi Adam sesuai dengan yang dikisahkan dalam Al Quran.

Kehidupan di dunia bukanlah suatu bentuk hukuman. Bahkan kita seharusnya bersyukur dengan kehidupan ini.

وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الأرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur” (QS. Al-A’raf ayat 10)

Ma’ayisy memiliki makna “to live well” tidak hanya sekedar “to live”. Dengan kata lain, Allah telah menyediakan segala sesuatu di bumi ini yang bisa dimanfaatkan manusia untuk bisa hidup dengan baik.

Pertanyaannya, mengapa Allah menyediakan segala sesuatu yang baik ini di bumi untuk manusia?

Jawabannya ada pada kalimat terakhir di ayat ini, yakni agar kita bersyukur atas kehidupan di dunia.

Apa yang membedakan Adam dengan Iblis?

Baik Nabi Adam a.s. maupun Iblis keduanya sama sama diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang spesial. Pun keduanya juga sama-sama melakukan suatu ketidakpatuhan (Adam dengan memakan buah khuldi dan Iblis dengan menolak untuk bersujud sesuai dengan yang diperintahkan Allah)

Perbedaannya terletak pada bagaimana mereka bereaksi setelah melakukan kesalahan.

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (QS. Al-A’raf ayat 11)

Iblis yang saat itu enggan untuk bersujud, menyuarakan pendapatnya secara logika sebagaimana tercantum dalam ayat berikutnya,

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" (QS. Al A’raf ayat 12)

Bagaimana dengan Nabi Adam a.s.?

Setelah kesalahan itu dibuat, Nabi Adam tidak beralasan untuk membenarkan apa yang dilakukannya. Padahal, jika kita ingat, bahkan sebelum Allah menciptakan Nabi Adam a.s., Ia berfirman kepada seluruh malaikat

“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (QS. Al-Baqarah ayat 30)

Allah berkata fil ardhi bukan fi jannah. Di bumi bukan di surga. Sejak awal sebelum Adam diciptakan Allah memang berniat menempatkan Adam di bumi.

Ini pulalah yang digunakan sebagai bujuk rayu Iblis dalam menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi. Iblis tahu bahwa Adam akan ditempatkan di bumi, tinggal di bumi berarti kehidupan yang sementara (akan berakhir dengan kematian). Iblis membujuk bahwa cara yang bisa dilakukan agar Adam dan Hawa bisa tetap tinggal di surga selamanya adalah dengan memakan buah khuldi.

Dari hal ini, setelah Adam berbuat pelanggaran dengan memakan khuldi, bisa saja ia membenarkan kesalahannya dengan mengatakan bahwa semua ini merupakan rencana Allah sejak awal bahkan sebelum Adam diciptakan yakni untuk di bumi.

Namun, terlepas dari semua itu, Nabi Adam justru mengatakan:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendzalimi diri kami sendiri, jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami, maka kami tergolong ke dalam orang-orang rugi. (QS. Al-A’raf ayat 23)

Nah, menarik bukan? Semoga sedikit sharing ini bisa bermanfaat, ya. Utamanya terkait bagaimana seharusnya kita menyikapi kesalahan atau dosa. Apakah kita akan mengikuti jejak Iblis atau meneladani Nabi Adam A.S?

Kajian ini menarik sekali untuk diikuti temen-temen. Jadi kalian yang mau menyimak kajiannya langsung bisa juga langsung cek disini


 

 

 

 

 


Lebih baru Terlama

Related Posts

Posting Komentar