Self-compassion: Sebuah Konsep yang Membantumu Melewati Masa Sulit

Posting Komentar

Ketika sedang menderita, apakah kita memberikan sikap pada diri sendiri yang sama sebagaimana yang akan kita berikan pada orang tercinta?

“Semuanya hancur, Sa.” Qonita masih sesenggukan saat akhirnya ia menemukan kata-kata untuk mengungkapkan isi hatinya. Aku mengangguk, berusaha mengerti. Kupeluk tubuhnya, dan kudekatkan kepalaku pada kepala sahabat baikku itu.

“Tidak apa. Aku disini. Kamu enggak sendiri.” Kataku lembut, sembari menepuk-nepuk punggungnya dengan pelan.

Seketika tangis Qonita meledak kencang. Seolah semua bebannya akan ikut keluar bersama air mata.

. . .

Ah, betapa mudahnya kita menjadi sosok yang hangat dan baik hati saat orang yang kita sayang sedang dirundung kesulitan. Barangkali kita akan memeluknya, berusaha memahami perasaannya, mendengarkan semua keluh kesahnya, bahkan memberi saran-saran yang memungkinkan jika diperlukan. Pertanyaannya, apakah kita akan melakukan hal yang sama apabila yang sedang ditimpa penderitaan adalah diri kita sendiri?

Mari kita jawab jujur dalam hati. Kenyataannya, sebagian dari kita tidak demikian. Ketika diri dilanda penderitaan, kegagalan, atau peristiwa memalukan kita cenderung bersikap kasar dan keras pada diri sendiri. Kita mungkin akan mengkritisi diri sendiri habis-habisan, atau menyalahkan diri dan situasi. Pertanyaan berikutnya, kenapa kita tidak berusaha memberikan sikap hangat dan baik pada diri sendiri sebagaimana yang akan kita berikan pada orang tersayang ketika menghadapi situasi sulit?

Jika kamu merasa sulit menjawab pertanyaan di atas atau merasa tidak paham dengan ide bersikap baik pada diri sendiri, mungkin ini waktu yang tepat untuk berkenalan dengan self-compassion.

Apa itu self-compassion dan kenapa penting?

Self-compassion (welas asih diri) berbicara mengenai bagaimana kita bisa bersikap hangat, menerima, dan sabar pada diri sendiri ketika melewati masa-masa sulit nan berat selayaknya yang akan kita lakukan pada orang tercinta. Alih alih berpikiran, “Aku enggak berguna! enggak berharga!” kita justru akan memberi kata-kata yang baik untuk diri sendiri. Alih alih berlarut-larut dalam emosi yang negatif (sedih, marah, kecewa, dsb), kita justru bisa tenang sejenak, merasakan emosi yang sedang hadir. Terakhir, alih alih merasa sebagai satu satunya yang paling menderita, kita mengingatkan diri bahwa semua orang pernah gagal dan mengalami masa sulit.

Untuk lebih memahami seperti apa itu self-compassion, maka kita perlu memahami tiga komponennya, sebagai berikut:

Self-kindness: terima dan maafkan

Self-compassion mengandung sikap berbuat baik pada diri sendiri. Alih alih mengkritik dan menghakimi diri habis habisan, misalnya berkata pada diri sendiri “Kamu bodoh! Malu maluin” atau “Kamu enggak berharga” , kita akan mengucapkan kalimat-kalimat yang menenangkan, suportif, dan penuh pemaafan pada diri sendiri. 

“Alih alih menghukum diri sendiri karena tidak menjadi cukup baik, kita dengan baik hati mengakui bahwa kita sudah melakukan yang terbaik.” (Kristin Neff)

Common humanity: hidup memang enggak sempurna

Ketika dihadapkan pada ujian yang berat, kita cenderung berpikir “kenapa aku? kenapa harus aku yang mengalami ini?” atau kita akan merasa sebagai orang yang paling menderita di dunia. Alhasil, secara tidak sadar kita mengucilkan diri sendiri. Dalam situasi seperti ini, penting sekali untuk mengingat dan sadar bahwa masalah dan ujian dialami oleh setiap manusia. Kita bukan satu satunya orang yang hari ini sedang berjuang, sedang gagal, atau menderita. Kesadaran inilah yang disebut dengan common humanity.

"Kesulitan yang kita hadapi bukanlah suatu hal yang abnormal. Life goes wrong. Tidak ada yang menjamin bahwa hidup akan selalu mulus dan lancar." (Kristin Neff)

Kita adalah manusia bukan makhluk tanpa kekurangan. Kesadaran ini membantu kita untuk memperoleh energi baru yang mendorong kita untuk bangkit di masa sulit.

Mindfulness: sadar dan hadir

Terakhir, kita tidak bisa berbelas kasih pada diri sendiri sebelum kita mindful dengan perasaan sakit, sedih, kecewa atau apapun itu yang sedang kita rasakan. Mindful disini maksudnya kita tidak terhanyut dalam emosi-emosi negatif namun juga tidak menyangkalnya (denial). Dengan kita menyadari dan menerima perasaan itu, barulah kita bisa memeluk diri sendiri dengan penuh kasih sayang.

Apakah menerapkan self-compassion artinya kita enggak melakukan apa apa?

Dengan menerapkan self-compassion, kita belajar menenangkan dan mengelola “badai” yang terjadi di dalam diri kita. Dengan cara apa? menerima dan memaafkan diri, menyadari bahwa kita hanyalah manusia dan kita bukan satu satunya yang sedang berjuang, serta mindful dengan situasi dan emosi sendiri. Situasi internal yang tenang memungkinkan kita untuk memandang masalah dan situasi dengan jernih sehingga kita mampu berpikir dengan lebih baik serta mengambil keputusan dan langkah yang terbaik.

Bagaimana cara mengembangkan self-compassion?

  1. Buat surat untuk diri sendiri. Tuliskan situasi yang sedang kamu hadapi, perasaan apa yang kamu rasakan, dan coba berikan kata kata yang baik pada diri sendiri. Tuliskan semuanya secara apa adanya.
  2. Coba ingat ingat ketika orang yang kamu sayangi dirundung derita, apa yang akan kamu lakukan dan ucapkan padanya? Terapkan hal yang sama ketika kita sedang kesulitan.
  3. Ingat kasih sayang Allah sepanjang hidupmu. Ingat cerita ini? Suatu waktu, Rasulullah Saw. bersama shabatnya melihat seorang perempuan tawanan perang yang tengah berjalan tergesa gesa, ia mencari bayinya yang ia temukan di kelompok tawanan perang. Setelah itu, ia buru buru menyusuinya. Rasulullah Saw. kemudian bertanya pada sahabatnya,“Apakah wanita itu akan tega melempar bayinya ke dalam api?” para sahabat menjawab, “Tidak, Ya Rasulullah” Rasulullah Saw. menimpali, “Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-Nya, melebihi kasih sayang Ibu ini kepada anaknya.”

. . .

Dengan memahami self-compassion, kita mempelajari suatu strategi dan mindset bagaimana mesti bersikap pada diri ketika sedang dilanda kesulitan sehingga bisa lekas bangkit kembali. Kita mengingat kembali bahwa hidup memang tidak sempurna dan adalah hal wajar ketika adakalanya kita bertemu jalan yang enggak mudah, jalan yang berlika-liku tanpa kita ketahui ujungnya, jalan yang membuat terjatuh, dan sejenisnya.

Kembali lagi, self-compassion mengajarkan kita untuk bersikap baik pada diri sendiri ketika menghadapi masa sulit dengan sikap-sikap sebagaimana yang bakal kita tunjukkan pada orang-orang yang kita sayang dan cinta.

Jadi, siap untuk mulai memberi pelukan hangat pada diri sendiri?


Referensi:

Neff, K. (2003). Self-compassion: an alternative conceptualization of a healthy attitude toward oneself. Self and Identity. 2(2): 85–101. https://doi.org/10.1080/15298860309032

Greater Good Science Center. (2014, 17 Oktober). Kristin neff: the three components of self-compassion [Video]. Youtube. https://youtu.be/11U0h0DPu7k


Related Posts

Posting Komentar